Bayi di Tapsel Tewas Usai Dianiaya Bapak Tiri
Kasus mengerikan mengguncang Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara. Bayi di Tapsel tewas setelah dibanting dan dianiaya ayah tirinya sendiri, SBP (48). Tragedi ini bermula hanya karena sang anak menangis ingin ikut ibunya yang hendak pergi ke kampung sebelah.
Peristiwa memilukan itu terjadi di rumah keluarga kecil ini di Desa Pargarutan Jae, Kecamatan Angkola Timur. Saat ibunya pergi, korban berusaha mengejar sambil menangis. Ayah tiri yang tersulut emosi langsung melampiaskan kekerasan terhadap balita malang tersebut.
Amarah Ayah Tiri Meledak
Emosi SBP langsung memuncak. Ia mengangkat tubuh kecil korban, lalu membantingnya ke tanah. Bukan berhenti di situ, ia juga menampar kepala korban dan mendorongnya hingga jatuh. Tindakan brutal itu membuat kondisi MAG semakin lemah sampai akhirnya tidak bernyawa.
Dalam pemeriksaan, SBP mengakui perbuatannya. Ia mengaku jengkel karena tangisan anak tirinya tidak kunjung berhenti. Ia bahkan menambahkan bahwa dirinya sudah beberapa kali melakukan kekerasan serupa sebelumnya.
Polisi Bergerak Cepat
Kasi Humas Polres Tapanuli Selatan, Ipda Amalisa Nofriyanti Siregar, menegaskan bahwa pihaknya langsung menahan SBP setelah menemukan bukti kuat. Polisi kini memproses kasus ini secara hukum agar pelaku mendapat hukuman setimpal.
“Pelaku sendiri yang mengakui tindakannya. Motifnya hanya karena merasa terganggu dengan tangisan korban,” jelas Amalisa.
Luka Sosial dan Trauma Keluarga
Warga sekitar merasa terpukul mendengar kabar ini. Mereka mengecam keras perbuatan SBP yang tega melampiaskan emosi pada anak kecil. Sang ibu kini menjalani masa-masa berat usai kehilangan buah hatinya dalam cara yang menyakitkan.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kekerasan dalam rumah tangga bisa merenggut nyawa. Anak-anak yang seharusnya mendapat perlindungan, justru sering menjadi korban ketidakmampuan orang dewasa mengendalikan amarah.
Penutup
Polisi memastikan kasus bayi di Tapsel tewas dibanting bapak tiri akan ditangani dengan serius. Tragedi ini bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga alarm bagi masyarakat untuk lebih menjaga emosi dan melindungi anak-anak.
