Apakah Man City bisa menyalip Arsenal
Babak pertama musim 2025/26 Premier League semakin memanas. Arsenal masih memimpin klasemen dengan keunggulan tipis—menurut analisis resmi liga, hanya tiga poin yang memisahkan tiga tim teratas (Arsenal di puncak dengan 33 poin, diikuti Man City 31 poin). Manchester City berhasil memangkas jarak menjadi dua poin usai pesta gol 3-0 atas Sunderland, sehingga pertanyaan terbesar kini, “Apakah Man City bisa menyalip Arsenal?” banyak dibahas. Dari perspektif penggemar Indonesia yang selalu antusias mengikuti Liga Inggris, ini tentu pertanyaan menarik karena keduanya punya catatan impresif musim ini.
Performan Terakhir: Arsenal vs Man City
Dalam 5–10 laga terakhir, performa kedua tim cukup kontras. Arsenal sebelum kekalahan dari Aston Villa cukup solid: tercatat hanya dua kali kalah sepanjang musim (lawan Liverpool dan Villa) dan baru saja mengakhiri rentetan 18 laga tak terkalahkan saat dibekuk Villa 2-1. Sejak Agustus, Arsenal lebih banyak menang dan imbang; misalnya, pasca imbang 1-1 lawan Chelsea, Gunners menorehkan 5 kemenangan, 3 imbang, dan 1 kekalahan dari 9 pertandingan terakhirnya (termasuk kemenangannya atas Brentford dan Tottenham).
Di sisi lain, Man City tampil makin mengganas. Mereka mencetak setidaknya tiga gol di empat dari lima laga terakhirnya. Dalam 5 laga terakhir City berujung 4 menang, 1 kalah (kalah tipis dari Newcastle), dan terakhir menang besar 3-0 atas Sunderland. Phil Foden bahkan terlibat dalam dua gol setiap laga dari tiga pertandingan beruntun terakhir. Rerata gol City musim ini unggul—mereka total sudah 32 gol, terbanyak di liga, meski kebobolan 16 gol (jumlah kemasukan tertinggi di antara tim-tim top-6). Tren ini menunjukkan City punya daya dobrak tinggi, sedangkan Arsenal mulus dalam bertahan (baru 7 kebobolan di 14 laga pertama, catatan terbaik liga).
Statistik Pemain Kunci
-
Pencetak Gol Terbanyak: Arsitek utama City adalah Erling Haaland (15 gol dari 14 pertandingan). Phil Foden menyumbang 5 gol, dan pemain lain macam T. Reijnders dan Dias baru 1 gol. Arsenal ditopang kolektif: Bukayo Saka, Viktor Gyökeres, dan Eberechi Eze masing-masing sudah mencetak 4 gol. Leandro Trossard baru 3 gol (meski baru kembali dari cedera), masih jauh dari catatan 11 golnya musim lalu.
-
Pengumpan Terbaik: City miliki kreativitas dari Jeremy Doku (4 assist terbanyak tim), Haaland (3 assist) dan Rayan Cherki (3 assist). Guardiola juga puas dengan Foden dan Bernardo Silva yang sering menentukan serangan. Arsenal dipimpin Declan Rice, Mikel Merino, dan Leandro Trossard (masing-masing 3 assist). Martin Ødegaard mulai muncul kontribusinya di lini tengah (meski statistik khusus xA musim ini belum kami temukan, ia sempat memberi sejumlah assist penting).
-
Performa Penjaga Gawang: David Raya (Arsenal) memegang peran kunci di bawah mistar. Dengan 7 gol kebobolan, Arsenal punya rekor bertahan terbaik liga, yang menunjukkan Raya dan barisan belakangnya tampil kokoh. Sementara itu Ederson (City) juga berpengalaman menjaga gawang, namun kemasukan 16 gol menunjukkan lini belakang City kadang goyah. City perlu memperbaiki kerapuhan ini jika ingin mengejar perbedaan poin.
Jadwal Sisa Musim: Tingkat Kesulitan Laga
Pertanyaan selanjutnya: seberapa berat sisa jadwal masing-masing? Analisis Opta menyebut Arsenal memiliki enam laga berikutnya yang “masih di kelompok kesulitan menengah”. Rinciannya, Arsenal akan menghadapi empat laga kandang beruntun (vs Brentford, Wolves, Brighton, Villa) ditambah lawatan ke Everton. Brentford dan Wolves berada di zona bawah, sehingga laga kandang relatif menguntungkan. Namun Everton dan terutama Aston Villa adalah ujian nyata. Sementara itu, Man City justru punya kalender yang sedikit lebih mudah. City bakal berhadapan dengan Palace dan West Ham (dua tim papan bawah) serta tandang ke Fulham, Nottingham Forest, dan Sunderland. Kondisi ini membuat Opta menilai run City termasuk “kedua termudah” di liga menuju paruh musim. Artinya, secara teoritis peluang City menambah poin lebih besar. Namun perlu diingat, Arsenal bermain lebih banyak di Emirates, sedangkan City harus membagi fokus dengan laga Champions League melawan Real Madrid.
Cedera, Rotasi, dan Kompetisi Lainnya
Faktor non-teknis turut berperan. Arsenal beberapa pemain kunci tengah cedera: bek William Saliba “hampir siap pulih” tapi Gabriel Magalhaes masih absen lama, ditambah Cristián Mosquera dipastikan berlaga absen beberapa minggu ke depan. Kedalaman skuat jadi masalah; Arteta bahkan kehilangan dua bek utama sekaligus dan harus mengandalkan pemain muda. Man City juga tidak bebas cedera, terutama absennya Rodri karena cedera hamstring yang memperburuk soliditas lini tengah. Pep Guardiola akhirnya menggunakan Nico O’Reilly sebagai pelapis andal Rodri, dan kedatangan Ait-Nouri di Januari pun tertunda karena cedera pula.
Rotasi skuad pun penting di tabel sibuk akhir tahun. Guardiola sudah sering merotasi pemain (termasuk menjajal Ait-Nouri vs Fulham atau istirahatkan O’Reilly sejenak) demi menghadapi jadwal padat (termasuk Liga Champions melawan Real Madrid). Arteta sendiri juga kerap menurunkan line-up berbeda untuk laga Carabao Cup demi menyimpan tenaga pemain inti. Kedua tim juga sibuk di kompetisi lain: Arsenal di Liga Champions (grup sulit dengan Brugge dan Inter Milan) serta Piala Liga, City di UCL (babak knockout) dan Piala Liga. Beban ganda ini bisa mempengaruhi performa liga akibat kelelahan atau cedera.
Taktik Guardiola vs Arteta
Secara taktik, Guardiola masih menekankan dominan bola dan progresi terkontrol. Analis menyebut Man City kini “beroperasi dengan sasaran jelas: maju dengan kendali ke sepertiga akhir”. Guardiola dan asistennya Pepijn Lijnders menekankan passing sabar, memecah pressing lawan, lalu memasukkan bola ke final third tanpa terburu-buru. Pergantian formasi agak lebih dinamis, tetapi intinya City tetap memegang bola lebih banyak, menunggu celah (perhatikan pergerakan Cherki dan Doku melebar, memberi ruang untuk Haaland/penyerang masuk).
Sementara Arteta juga setia dengan filosofi penguasaan bola, tetapi ia sering menghadapi lawan yang duduk bertahan (dengan angka PPDA Arsenal tertinggi di liga: 18,05, artinya lawan menekan cukup rendah). Tim Arsenal biasanya membangun dari belakang (4-3-3 atau 4-2-3-1) dengan dua pivot, tetapi Rice sekarang lebih sering naik menyerang bersama gelandang serang (Eze berperan sebagai nomor 10 baru). Bek sayap Timber dan Calafiori leluasa overlap menghadang blok rendah lawan, sementara Saliba-Gabriel menahan garis tinggi untuk mempersempit ruang. Singkatnya, Arsenal dominasi bola dengan umpan-umpan cepat dan full-back overlapping membantu melubangi pertahanan rapat.
Skenario Kemungkinan Akhir Musim
Jika melihat peluang matematika, saat ini semuanya masih terbuka lebar. Opta misalnya menempatkan Arsenal di posisi unggulan juara dengan probabilitas 78,7% menuju pertengahan musim Namun tekanan besar sudah terlihat: kekalahan dramatis 1-2 di Villa adalah kekalahan kedua mereka di liga, dan sejarah menunjukkan Arsenal sering kandas di akhir (runner-up tiga musim berturut-turut, juara terakhir 2004). Arteta sendiri optimistis timnya “siap bangkit” dari kekalahan. Sementara itu City tampil percaya diri usai memangkas defisit poin menjadi dua
Secara praktis, final klasemen akan ditentukan konsistensi kedua tim di sisa laga. Jika Arsenal tetap agresif meraih kemenangan (terutama melawan Everton, Liverpool, Villa) dan meminimalkan kehilangan poin, kans mereka besar. Tetapi jika City menuntaskan laga mudah dengan kemenangan beruntun (seperti skenario Opta) dan Arsenal malah terpeleset lagi, gelar bisa berpindah. Misalnya, seorang superkomputer Opta mengatakan City punya peluang kedua termudah untuk memangkas defisit. Ditambah sederet pemain City sedang onfire (Foden, Cherki, Haaland) dan jeda pertandingan panjang untuk persiapan, skor akhir bisa sangat ketat.
Kesimpulannya, meski saat ini Arsenal di atas kertas lebih berpeluang juara, pertanyaannya “Apakah Man City bisa menyalip Arsenal?” belum terjawab. Arsenal perlu menjaga ritme dan mengatasi krisis cedera, sedangkan City harus mengoptimalkan laga-laga mudah mereka. Skenario klasemen akhir memang masih terbuka: gelar mungkin kembali ditentukan di pekan-pekan penutup seperti musim-musim sebelumnya.
Faktor Utama dalam Perburuan Gelar:
-
Performansi Terakhir: Arsenal 9 laga: 6 menang, 2 imbang, 1 kalah; Man City 9 laga: 7 menang, 1 imbang, 1 kalah. City terus mencetak banyak gol, Arsenal baru kebobolan 7 kali sejak Agustus.
-
Pemain Kunci: Haaland (MC) 15 gol, Saka/Gyokeres/Eze (Ars) 4 gol. Doku (MC) 4 assist Rice/Merino/Trossard (Ars) 3 assist.
-
Jadwal Sisa: Arsenal melawan Wolves, Everton, Brighton, Villa (utama) – belum ada lawan mudah selain Wolves. City masih hadapi Fulham, Sunderland, Palace, West Ham, Forest – secara historis tergolong lawan lebih lunak.
-
Cedera & Rotasi: Arsenal kehilangan Saliba, Gabriel, Mosquera (bek utama), City kehilangan Rodri (playmaker). Guardiola sudah sering rotasi (Ait-Nouri vs O’Reilly).
-
Taktik: Arteta mainkan formasi 4-3-3 dengan ball possession serta full-back overlapping (lawan sering tak menekan ketat). Guardiola pun pakai taktik penguasaan bola dengan transisi terukur ke zona penyerangan.
Dengan semua faktor ini, perebutan gelar berjalan seru. Hingga 2025 berakhir, jawabannya belum pasti – tapi yang jelas, duel Man City vs Arsenal di puncak klasemen ini layak jadi tontonan mengasyikkan bagi penggemar Liga Inggris di Indonesia.




